Hari-hari Covid-19




Hari ini tanggal 21 bulan Maret tahun 2020. Sudah lebih dari sepuluh hari saya batuk-batuk kering dan merasa sangat lemas. Saya pikir awalnya ini adalah flu saja, lalu karena batuk tersebut tidak hilang, mungkin saya terpapar virus Corona. Tapi saya memang sengaja tidak pergi memeriksanya, karena selain harus membayar, rumah sakit jaraknya agak jauh. Paling-paling ujung-ujungnya saya disuruh mengkarantina diri sendiri selama dua minggu, dan memang itu yang saya sudah lakukan.

Saya tidur hampir 20 jam sehari dan merasa sangat lemas. Lampu kamar selalu saya matikan, tapi mungkin tetangga kosan saya tahu kalau saya ada di kamar karena itu memang kebiasaan saya kalau sedang tidak bepergian. 


Kadang saya berpikir penderitaan ini menyenangkan karena saya jadi punya alasan untuk tidak melakukan apa-apa dan juga merasa merana. Mungkin merasa merana adalah hal yang membuat saya gembira. Begitu bermasalahnya cara pikir saya, saya tahu. Tapi satu hal yang tidak menguntungkan, selain batuk-batuk dan merasa pusing yang tidak berhenti-henti adalah saya tidak punya energi untuk menulis. 


Saya merasa daya kreativitas saya pergi seiringnya kesehatan saya. 


Dari waktu ke waktu saya mengisi perut saya dengan roti putih dan selai kacang. Untuk mengobati sakit kepala saya membeli Panadol dan obat batuk cair. Saya hidup sendirian dan kalau saya mati, atau kenapa-napa, orang pertama yang tahu mungkin adalah tetangga kosan saya. Itu pun kalau saya sudah membusuk. 


Mungkin ini terdengar sedikit kurang sehat, tetapi saya merasa beruntung karena saya terpapar virus tersebut. Tuh kan, memang saya ini punya tendensi untuk menyakiti diri sendiri. Tetapi saya pikir, menjadi bagian dari sebuah peristiwa besar abad ini, buat saya adalah sebuah kehormatan. Pengalaman yang mungkin tidak akan saya dapat lagi kalau saya mampu bertahan hidup. Pemikiran ini janganlah ditiru, tetapi saya ingin jujur terhadap apa yang saya rasakan. Saya selalu berusaha apa adanya karena itu satu-satunya yang bisa saya lakukan daripada saya menjadi munafik.


Hari ini saya menerima video seorang teman sedang olah raga di dalam rumahnya tanpa baju. Video itu membuat saya tertawa-tawa. Karena saya melihat dia menumbuhkan kumis dan mewarnai rambutnya kelam. Mungkin itu kebetulan saja, tetapi saya juga sudah melakukan hal yang sama sejak beberapa bulan ini. Dia tidak pernah sekali pun gagal menghibur saya. Saya sangat menyayangi teman saya yang satu itu. Saya jadi termotivasi juga untuk melakukannya, olah raga di dalam kamar. Tetapi buru-buru saya urungkan karena saya jadi merasa mual kalau harus bergerak-gerak. Akhirnya saya main game PlayStation saja dan kalau sudah bosan saya akan membaca buku yang sudah lama saya abaikan.


Ini adalah tulisan pertama saya sejak saya terpapar virus tersebut. Saya pikir mungkin saya mulai sembuh.


anak ayam